Puasa Ramadhan adalah salah satu rukun Islam yang telah diwajibkan oleh Allah
subhaanahu wa ta’ala pada bulan Sya’ban di tahun kedua Hijriyah. Sebagaimana yang telah
tercantum dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 183, Allah subhaanahu wa ta’ala
memerintahkan untuk menjalankan puasa Ramadhan dengan tujuan untuk menggapai predikat
insan yang bertaqwa. Selain itu, puasa Ramadhan juga memiliki banyak manfaat dari sisi
kesehatan.
Berikut ini beberapa penelitian puasa Ramadhan dalam perspektif kesehatan.
Puasa Ramadhan Bagi Kesehatan Mata
Sebuah penelitian menjelaskan bahwa puasa Ramadhan memiliki pengaruh
terhadap peningkatan tekanan intraokular khususnya pada pagi hari baik pada orang
sehat maupun orang dengan gangguan glaucoma.
Hal ini disebabkan karena asupan
cairan atau makanan khususnya pada saat sahur. Hasil penelitian di atas juga
didukung oleh penelitian lain bahwa ada perubahan tekanan intraokuler selama bulan
Ramadhan. Maka dari itu pasien dengan gangguan tekanan intraokuler (misalnya
penyakit glaucoma) dianjurkan untuk membatasi asupan cairan pada saat sahur untuk
mencegah peningkatan tekanan intraokuler karena ketika tekanan tersebut meningkat
akan menimbulkan nyeri di area sekitar mata.
Bagi pasien yang sedang mengalami penyakit mata semisal
glaukoma disarankan untuk konsultasi dengan dokter spesialis mata untuk
mendapatkan saran aman atau setidaknya menjalankan puasa di bulan Ramadhan.
Namun bagi pasien yang sehat, sebuah studi menjelaskan bahwa, puasa Ramadhan
tidak memiliki pengaruh terhadap fisiologi mata baik dari sisi tekanan intraokuler dan
fungsi pengelihatan.
Puasa Ramadhan bagi Kesehatan Ibu Hamil
Saat ini, puasa
Ramadhan bagi ibu hamil masih menjadi kontroversi di kalangan para peneliti.
Sebuah penelitian menjelaskan bahwa wanita hamil kurang disarankan untuk
menjalankan puasa Ramadhan karena dapat menimbulkan resiko berat badan janin
lahir dalam keadaan rendah (BBLR), meningkatkan hyperemesis gravidarum, infeksi
saluran kemih dan memicu penurunan gerakan janin di rahim.
Beberapa penelitian menjelaskan beberapa pengaruh positif puasa Ramadhan
bagi kesehatan ibu hamil di antaranya studi kohort retrospektif yang bertujuan untuk
mengamati faktor resiko dan efek puasa Ramadhan terhadap kesehatan ibu hamil dan
janin menjelaskan bahwa, ibu hamil yang berumur 25 - 35 tahun dengan index masa
tubuh normal (18.5 - 24.9) serta tidak memiliki penyakit kronik, tidak terpengaruh
oleh puasa Ramadhan dalam tiga variabel janin yaitu berat badan, tinggi dan lingkar
kepala.
Penelitian lain menjelaskan bahwa puasa Ramadhan tidak memiliki pengaruh
terhadap jumlah cairan ketuban dan penelitian yang sejenis juga pernah dilakukan
sebelumnya dengan menunjukkan hasil yang sama. Dari berbagai hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa menjalankan
puasa Ramadhan bagi ibu hamil adalah sebuah pilihan. Jika memang mengkuatirkan
kondisi janin setelah melalui konsultasi dengan tenaga kesehatan, maka disarankan
untuk tidak berpuasa. Namun jika setelah melalui pemeriksaan medis dan tidak ada
kekuatiran akan timbul masalah kesehatan baik pada ibu atau janin, maka tidak
menjadi masalah untuk tetap menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan.
Puasa Ramadhan bagi Pasien Sindrom Metabolik Diabetes Melitus
Sebagian pasien diabetes merasa kuatir menjalankan puasa karena akan
mempengaruhi kadar gula darah. Hal ini terjadi karena dampak perubahan waktu
makan, jenis makanan, pengobatan dan gaya hidup sehari-hari selama bulan
Ramadhan. Di lain sisi juga ditemukan banyak kasus hipoglikemia berat pada pasien diabetes yang menjalankan puasa Ramadhan sebagaimana penelitian yang telah
dilakukan kepada 12.243 responden yang terdiri dari 1.070 responden menderita
diabetes tipe 1 dan 11.173 responden dengan diabetes tipe 2. Namun kasus ini terjadi
hanya sebatas pada pasien yang merubah dosis injeksi insulinnya.
Sebaliknya, dalam sebuah studi klasik menjelaskan bahwa puasa Ramadhan
tidak mempengaruhi kontrol gula darah, hanya saja ada penurunan kolesterol jenis
trigliserid dan peningkatan asam urat selama puasa. Hasil riset diatas didukung oleh
sebuah studi yang menjelaskan bahwa puasa Ramadhan aman bagi penderita
diabetes tipe 1 yang umumnya adalah anak-anak. Bagi pasien yang menderita diabetes
yang akan menjalankan puasa Ramadhan disarankan mengkonsumsi obat gliclazide
untuk mencegah resiko munculnya hipoglikemi selama puasa. Sebuah studi
menjelaskan bahwa pasien diabetes yang mendapatkan terapi injeksi insulin dapat
menjalankan puasa namun tetap rutin untuk mengontrol gula darah terlebih dahulu
sebelum Ramadhan dan memantaunya selama Ramadhan.
Jadi kesimpulannya baik pasien diabetes melitus baik tipe 1 dan 2 dapat menjalankan puasa Ramadhan namun dengan mengontrol gula darah serta mengonsumsi obat antidiabetes dan rutin cek kesehatan. Jika terjadi perubahan fisiologis seperti hipoglikemia, maka disarankan untuk tidak berpuasa.
Puasa Ramadhan Bagi Pasien dengan Penyakit Ginjal
Kaitannya dengan puasa Ramadhan, terdapat beberapa penelitian yang
menjelaskan bahwa pasien dengan batu ginjal diperbolehkan puasa namun dengan
terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter urologi untuk pengkajian lanjut kondisi
fisik sehingga dapat diputuskan apakah akan menjalankan puasa atau tidak. Begitu
juga bagi pasien yang telah mendapatkan terapi transplantasi (cangkok) ginjal, mereka
dapat menjalankan puasa Ramadhan dengan aman karena puasa tidak mempengaruhi
secara signifikan pada berat badan, tekanan darah, fungsi ginjal dan profil lemak.
Pasien dengan gagal ginjal juga aman untuk melaksanakan puasa Ramadhan
karena beberapa alasan, pertama, puasa Ramadhan dapat menurunkan tekanan darah
sehingga hal tersebut tentunya akan meningkatkan kinerja atau fungsi ginjal. Kedua,
puasa Ramadhan dapat menurunkan berat badan dimana akan berdampak pada
perbaikan fungsi jantung dan ginjal.
Sebaliknya, dalam penelitian yang lain dijelaskan bahwa puasa Ramadhan
dapat menimbulkan keluhan terutama bagi yang memiliki penyakit ginjal. Salah satu
sebabnya adalah karena pengaruh dehidrasi saat menjalankan puasa. Oleh sebab itu
pasien yang mempunyai riwayat penyakit ginjal tetap disarankan konsultasi dengan
tim kesehatan sebelum memutuskan untuk melaksanakan puasa Ramadhan.
Kesimpulannya, meskipun banyak penelitian yang menjelaskan tentang
amannya puasa Ramadhan bagi orang dengan penyakit ginjal. Namun terdapat
sebuah penelitian yang menjelaskan hasil yang sebaliknya. Maka dari itu, sebelum
menjalankan puasa Ramadhan, disarankan untuk konsultasi dengan tenaga kesehatan
sehingga dapat meminimalkan resiko atau keluhan selama puasa.
Puasa Ramadhan Bagi Kekebalan Tubuh
Dalam sebuah penelitian dijelaskan bahwa
puasa Ramadhan dapat meningkatkan kadar IgA dan IgG.
63 IgG adalah jenis antibodi
yang memiliki jumlah terbanyak dalam tubuh sehingga ketika meningkat akan
menguatkan kondisi fisik seseorang untuk melawan bakteri atau virus penyebab
penyakit. Penelitian lain menjelaskan bahwa puasa Ramadhan tidak memiliki
pengaruh terhadap sistem imun pada orang sehat.
Sebaliknya, terdapat beberapa
penelitian yang menunjukkan menurunnya asupan makanan pada saat Ramadhan
akan menurunkan fungsi sistem imun. Puasa Ramadhan juga akan menurunkan
kadar IgA yang salah satunya terdapat dalam air ludah.
Kesimpulannya, meskipun terdapat penelitian dengan hasil yang bertentangan
terkait efek puasa Ramadhan terhadap sistem imun, maka bagi yang tengah
menjalankan puasa Ramadhan disarankan untuk tetap mengkonsumsi makanan yang
secara ilmiah memiliki peran meningkatkan fungsi sistem imun
Source:
Subrata, S.A. and Dewi, M.V., 2017. Puasa Ramadhan dalam Perspektif Kesehatan: Literatur Review. Khazanah: Jurnal Studi Islam dan Humaniora, 15(2), pp.241-262.